Senin, 12 April 2010

JADILAH PEMILIK YANG BERTANGGUNG JAWAB!

Setelah sekian lama vakum menulis karena kepergian my beloved Prince, well, here I am, menulis dan menulis lagi, untuk berbagi dengan teman2 catlovers. Sudah lama sekali saya ingin menulis topik ini, dan baru hari dapet mood untuk menulis lagi. Semoga bisa membuka hati teman2 yg membaca artikel ini.

Saya dan teman2 yang sama2 bergerak di organisasi/klub/perkumpulan/forum yang memperjuangkan kesejahteraan dan penyelamat kucing sangat sering menemui pemilik kucing yg enggan mensteril kucingnya dg 1001 macam alasan. Steril kucing, dimanapun topik itu dibuka selalu menimbulkan pro dan kontra. Tidak jarang juga menimbulkan perdebatan seru, bahkan pertengkaran, hehehehe… Belom lagi yg ribet bawa2 agama segala. Fiuhhh, ampyun dehhh.. Kalau saja kita mau membuka mata dan melihat di sekeliling kita, faktanya, populasi kucing sudah sangat mengkhawatirkan. Bisakah kita sebutkan dimana saja kita “TIDAK BERTEMU” kucing? Di sekitar rumah, pasar, di jalan, warung, rumah sakit, lapangan, di mall? Bisa dipastikan kemana saja kita pergi, pasti kita akan bertemu kucing.

Berikut beberapa kondisi2 yg sering saya temui di forum kucing yg kebetulan sy moderatori:

  • Kucing2 yang dibunuh, disiksa, dibacok, disiram air panas krn nyolong makanan atau pup di halaman orang dan sebagian ditembak hanya untuk bersenang2, ada yg dibunuh utk makanan lele, anak2 kucing yg dibuang pemiliknya sebelum masa sapih (beberapa bahkan masih bayi merah, belum bisa membuka mata dan mencari makan sendiri), hampir selalu jadi “hot issue” di forum.
  • Kekhawatiran masyarakat sehubungan dg penyebaran penyakit oleh kucing liar (rabies, toxoplasma, dsb)
  • Penyayang2 kucing yg setengahnya “diperas” terpaksa memelihara kucing yg dibuang ke halaman rumah mereka oleh orang2 yang tidak bertanggungjawab atau karena kucing teman yang membutuhkan rumah, atau anggota keluarga yg mengancam akan membuang kucing kalau tidak segera diadopsi, tiba2 saja ada yg katanya keluarganya allergi kucing setelah piara kucing selama beberapa tahun (hehehe), mau dengar yg lebih ekstrim? Help! Siapa yang mau adopsi kucing2ku? Kalau tidak ada yg mau adopsi aku euthanasia (dibunuh dg suntikan-red) aja. Gila nggak sih? Sedih, setengahnya ketawa pahit dan getir denger macem2 alasan dari pemilik2 yang sudah bingung mau mengenyahkan kucing dr rumah2/lingkungan sekitar mereka.
  • Banyak pemilik yg tidak mau mensteril kucingnya dan tetap nekat membiakkan kucingnya karena yakin penyayang kucing dan para “pejuang” kesejahteraan kucing akan selalu membantu mengadopsi/mencarikan rumah baru/shelter untuk anak2 kucing malang tsb. Dan malangnya lagi, tidak semua anak2 kucing ini menemukan rumah yg tepat. Beberapa berakhir dg sakit parah, bahkan mati krn tidak dirawat dg semestinya. Sudah semua? Belum tuh, banyak juga kucing yg dibuang lagi ke jalan oleh pemilik barunya dg macem2 alasan, dari kucingnya galak, nggak sengaja lepas, ortunya ngambek, dan segambreng alasan lainnya.
  • Iseng, coba2 mengawinkan kucing Persia hidung pesek dg kucing kampung dg harapan bisa mendapatkan anak kucing berbulu panjang. Dapet ide brillian dan kreatif nih ya, cukup beli 1 kucing Persia jantan/betina untuk menghasilkan anakan Persia. Kawinin ajalah sama kucing kampung, toh sama2 kucing ini. Hasilnya? Kucing mancung muka lokal berbulu pendek, tapi buntutnya (bisa) agak panjang bulunya, kalo apes ya keluar lokal sampai buntut2nya jg. Nahhh apa yg mereka bilang supaya kucing Perpung (Persia-Kampung hihihi) laku diadopsi orang? Ini kucing Anggora loh… Ck..Ck..Ck… Pinternyaaaaaa….. Super kreatif! Professor aja kalah pinter tuh… Seumur-umur di Indonesia BELUM PERNAH ADA KUCING ANGGORA. Belum ada data dr organisasi kucing manapun di Indonesia bahwa ada orang/cattery Indonesia yg membiakkan/mengimport kucing Anggora. Udah ya, abis ini jangan ada lagi yg ketipu beli/adopsi Anggora2an. Awas ya, kalau masih ketipu juga! Hehehe…
  • Dan masih banyak lagi cerita2 mengenaskan yang kalau ditulis biar tangan sampe keriting nggak bakal selesai juga..
Nah, sekarang apakah kita akan membiarkan kucing2 kita dan anak2 yg dilahirkannya merepotkan diri sendiri, keluarga, orang lain dan masyarakat? Sudahkah kita menjadi pemilik yg bertanggung jawab, rela dan mau menanggung semua konsekwensi yg timbul akibat perbuatan kita membiakkan kucing2 yg pada akhirnya tidak kita inginkan? Kalaupun pada akhirnya kita memutuskan untuk tidak membebankan kesalahan kita pada siapapun atau mungkin tidak ada yg berminat mangadopsi anakan kucing kita, dan akhirnya kita putuskan, biarlah si kucing mencari makan sendiri di luar, buang deket pasar ajalah, biar cari makannya gampang. Kalau kemudian hari timbul wabah penyakit krn kucing liar spt misalnya rabies yg mematikan bagi manusia, apakah kita tidak menanggung dosanya? Apakah dg mudah kita membenarkan diri sendiri dan menyebutnya sebuah kelalaian atau kekhilafan?

Saya himbau lagi teman2 untuk merenungkan, dan memutuskan yang terbaik. Saya tidak mempunyai hak untuk memaksa teman2 semua mensteril kucing2 peliharaan. Pilih steril untuk kemashalatan bersama, atau membiakkan kucing yg tidak diinginkan anakannya dan akhirnya merepotkan diri sendiri dan masyarakat luas. Biarkan hati nurani yang bicara dan bukan egoisme semata.

Pada artikel selanjutnya nanti akan saya tulis mengenai manfaat sterilisasi bagi kucing2 kesayangan kita. Tapi nggak sekarang yaaaaa… Cuapekkkk banget abis muter2 survey gedung buat bikin anggaran cat show. Nite2 friendsssssss!!!!!